Article Detail
Pupuk Organik
Haii sobat Tarki,
Kita bisa produksi pupuk loh

Kenapa harus beli? Kalau mengupayakan sendiri saja bisa.
Kamis, 18 Maret 2021 para bapak-bapak di KB-TK Santo Carolus bersukacita karena bisa panen pupuk kompos yang berasal dari sisa-sisa bahan organik. Tepatnya kumpulan dedaunan yang ada di lingkungan sekolah. Bahan pembuat pupuk cukup banyak didapat di sekolah sendiri. Sayangkan kalau dibuang tak berguna atau dibakar menyebabkan polusi udara.
Nah ide ini bermula 7 tahun yang lalu saat dianalisa berapa banyak rupiah yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang dipakai untuk perawatan tanaman?...., setelah dihitung-hitung rugi juga ya..! Kenapa kita tidak memanfaatkan dari alam terdekat sumber organik yang semesta sudah siapkan ya? Akhirnya ide cemerlang muncul dan mulailah memanfaatkan bahan organik di lingkungan sekolah.
Anak-anak secara bergiliran diajak memungut sampah daun dan memasukkan pada bank sampah (saat situasi belum pandemi). Dan akhirnya "Habitus Karakter" itu terbentuk dengan sendirinya karena pembiasaan dan teladan di sekitar. Setelah bahan terkumpul dari dedaunan dan sisa makanan organik, ditimbunlah bahan tersebut dengan tanah hingga kurang lebih 6 bulan siap panen. Kami memiliki bank sampah yang cukup besar. Banyak keuntungannya selain bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman yang sangat banyak di sekolah, juga ekonomis sekali, biaya pupuk yang kurang lebih Rp 200.000 perbulan selama 7 tahun sudah didelete.
Waauu....


keren
dan ampuh kan! Anak-anak bisa belajar dengan mengalami sendiri, saat masuk dan situasi sudah sangat kondusif. Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (KPKC) menjadi nilai penting untuk dihidupi. Semesta memberi cuma-cuma, kita harus bersyukur dan menjaga alam ciptaanNYA. Terima kasih yang sudah menghidupi KPKC


Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment