Article Detail

Peserta didik TK.B TK Santo Carolus berlomba menulis cepat dan benar dengan media Drawing & Writing Board.

Mengajarkan membaca dan menulis pada anak usia dini sering menjadi perdebatan orang tua.

Sebagian menyatakan bahwa membaca dan menulis pada usia anak sebelum SD berarti  memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya baru diajarkan di SD, karena mereka beranggapan bahwa waktu bermain yang seharusnya adalah aktivitas dominan diusia anak akan berkurang atau bahkan terabaikan, sehingga dikhawatirkan akan menghambat perkembangan potensi dan kemampuan anak secara optimal dikemudian hari. Sebagian lain berpendapat tidak masalah mengajarkan membaca dan menulis sejak anak usia dini. Biasanya yang memiliki pendapat untuk memperbolehkan anak diajarkan baca tulis dilatarbelakangi karena anaknya tidak mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.

 Dalam menyikapinya, orang tua dan guru harus bersikap bijaksana dengan menentukan solusi terbaik. Disatu sisi sebagai guru tentunya menginginkan potensi dan kemampuan anak dapat tumbuh secara optimal melalui stimmulus pendidikan yang tepat tanpa mengurangi aktivitas bermain pada anak.

 Semua kegiatan membaca dan menulis diberikan dengan enjoy dan tetap dalam konsep bermain, karena bagi anak bermain adalah dunia dan aktivitas hidupnya. Melalui bermain anak dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mengalami perubahan sikap. Seperti yang terjadi di TK Santo Carolus, Jumat, 9 Februari 2018 peserta didik TK B belajar membaca dan menulis melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Kegiatan tersebut dilaksanakan di aula setelah mengikuti senam. Tehniknya permainannya sebagai berikut:

  1. Mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok
  2. Menunjuk ketua kelompok dari masing-masing kelompok
  3. Guru memberi media Drawing & Writing Board pada ketua kelompok
  4. Guru menyebutkan kata dengan ucapan yang jelas untuk diikuti dan ditulis
  5. Setelah hitungan ketiga ketua kelompok menulis kata yang diucapkan guru, jika merasa tulisannya benar, dipersilahkan mengapresiasi diri sendiri dengan memberi tanda hati / love  dengan stempeldibawah tulisannya
  6. Ketua kelompok yang selesai menulis, memberikan pada anggota kelompoknya hal tersebut dilakukan secara estafet
  7. Pemenangnya adalah kelompok yang anggotanya paling banyak menulis kata dengan benar
Setelah permainan selesai, guru merayakan keberhasilan peserta didik dan mengapresiasi pada semua anak yang telah telah melakukan permainan. Banyak nilai dan potensi yang dapat dikembangkan melalui permainan tersebut antara lain kemampuan kognitif, motorik halus, kreatif, kerjasama, daya juang dan percaya dirinya. Ternyata mengajarkan membaca dan menulis tidak perlu harus diperdebatkan kalau kita sebagai orang dewasa mau dan mampu menjadi fasilitator yang baik bagi anak-anak dengan mengenal psikologi anak, memahami capaian perkembangan sesuai dengan usianya, membuat pembelajaran dengan konsep bermain yang dominan. Jika hal tersebut mampu dilakukan oleh orang tua dan guru, maka dapat dipastikan bahwa anak akan tertarik dengan belajar yang menyenangkan sehingga membaca dan menulis sudah bukan menjadi hal yang menakutkan bagi anak kejenjang berikutnya.

Red.  AT Wulandari
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment